Sabtu, 08 April 2023

HANYA GANJAR YANG ADA DI HATI JOKOWI

 

Kemarin gara-gara Israel, ada orang-orang yang sengaja membenturkan Jokowi dengan Megawati. Ada juga yang mencoba membenturkan Jokowi dengan Ganjar. Pokoknya narasinya aneh-aneh dan tak masuk akal.
Kemudian sosok Jokowi didekatkan dengan Prabowo. Ada juga yang mendekatkannya dengan Erick Thohir. Ya ini biasa sih, ada yang ingin mengail di air keruh.
Kalau orang-orang ini bukan pendukung Jokowi, saya maklum. Mereka tidak paham bahasa simbol yang dimainkan Jokowi.
Tapi agak aneh kalau orang itu adalah pendukung Jokowi. Karena mestinya mereka telah paham Jokowi luar-dalam.
Bagi mereka yang sudah "membaca" Jokowi sejak 2012, akan paham bahwa, gestur Jokowi itu terbagi dua. Gestur pertama adalah gestur politik.
Ketika Jokowi mendukung Prabowo, Sandiaga, Erick, atau siapapun untuk berlaga dalam pencapresan, itu adalah gestur politik.
Jokowi memang menghormati mereka. Karena mereka orang-orang yang dipercaya dalam kabinetnya. Tapi untuk urusan yang lebih besar, untuk melanjutkan cita-cita negara, bukan gestur politik yang harus dibaca.
Karena untuk itu dibutuhkan keputusan tunggal yang tak boleh mendua. Hanya boleh ada satu nama yang benar-benar bisa diberikan mandat kepadanya. Karena ini menyangkut nasib Indonesia.
Yang kedua adalah gestur yang lahir dari hati. Mereka yang ada di Istana pasti paham bagaimana respons Jokowi ketika menghadapi orang-orang yang benar-benar ngeklik dengan Jokowi.
Orang itu, salah satunya adalah Ganjar Pranowo.
Dukungan Jokowi ke Ganjar bukan lagi bahasa simbol. Saya memang tidak mendengar langsung, atau mungkin saya lupa. Tapi silakan tanya Denny Siregar atau Eko Kuntadhi yang beberapa kali ketemu Jokowi.
Bisa juga tanya Abu Janda sebelum dia mendukung Prabowo. Nama Ganjarlah yang menggema di tembok Istana. Relawan Jokowi saat itu sepakat menunjuk Ganjar sebagai penerus Jokowi.
Keputusan bulat itu karena para relawan sadar, dalam segala hal, Ganjar adalah pilihan yang paling ideal sebagai penerus Jokowi.
Ganjar itu istimewa bagi Jokowi. Bukan hanya karena ia kader separtai, atau karena sama-sama berasal dari Jawa Tengah. Tapi karena sampai hari ini, hanya Ganjar yang nyambung hati ke hati dengan Jokowi.
Inilah yang membuat Jokowi menegur anaknya, Gibran, karena telah membuat komentar kurang pantas. Kemudian memberi arahan agar Gibran minta maaf.
Karena pernyataan Ganjar itu hanyalah meneruskan amanat partai. Secara personal dia selalu mendukung upaya baik yang bisa mengangkat nama Indonesia. Dia selalu mendukung kebijakan dan cita-cita Jokowi untuk Indonesia.
Ketegangan yang dibangun oleh orang-orang yang tidak mengenal watak Jokowi itu sedang dilakukan penetralisiran.
Dalam beberapa hari ke depan, Ganjar akan selalu beriringan dengan Jokowi. Itu untuk menegaskan ke publik, bahwa hubungan Jokowi dengan Ganjar tetap dekat dan hangat.
Pertemuan manis penuh senyum telah dimulai di Solo, ketika Jokowi dan Ganjar salat Jumat di Masjid Raya Sheikh Zayed. Memang yang disampaikan Ganjar ke wartawan normatif. Membahas pekerjaan.
Tapi ya tidak mungkin hanya membahas pekerjaan. Cukup paham saja. Apa yang dibicarakan di sana tidak patut disampaikan secara terbuka.
Silakan baca gestur, cahaya mata dan rona wajah Jokowi. Semua tergambar secara gamblang di sana. Tanpa perlu mendengar isi percakapan mereka.
Sejarah kedekatan mereka berdua sudah panjang. Keduanya saling mendukung dan menguatkan. Bahkan bisa dibilang, selama ini yang membuat Ganjar kuat dan percaya diri ya hanya Jokowi.
Saat dulu Ganjar dikuyo-kuyo, dijegal sana-sini, Jokowilah yang memberikan harapan dan perlindungan. Jokowi bahkan sudah menyiapkan skenario terburuk untuk Ganjar.
Jadi narasi tentang kerenggangan mereka berdua itu tidak masuk akal. Karena bagi Ganjar, Jokowi itu pelindung, senior, mentor, sekaligus sahabat.
Maka pendukung Jokowi yang kecewa perlu tahu, sejak awal hanya Ganjar yang direstui Jokowi. Karena pilihan lain berisiko.
Jauh sebelum nama Ganjar digaungkan jadi capres, Jokowi sudah memberikan suport dan wejangan. Karena kisah Ganjar ini mirip dengan kisah Jokowi dulu.
Saat itu Jokowi juga dikuyo-kuyo, dijegal sana-sini. Bahkan seniornya Bibit Waluyo, yang juga kader PDIP, menyatakan permusuhan secara terbuka dengannya.
Inilah yang membuat hati Jokowi meleleh ketika melihat yuniornya itu mengalami hal yang sama.
Jokowi paham, kisruh soal Israel membuat sebagian orang kecewa. Tapi ada kepentingan jauh lebih besar yang perlu diperjuangkan. Yaitu memastikan penerusnya bukan orang yang hanya pandai tata kata.
Indonesia tidak boleh mundur ke belakang. Apalagi sampai menyisakan warisan mangkrak di mana-mana.
Maka penerus Jokowi haruslah orang yang memahami cita-cita dan perjuangan Jokowi. Harus memiliki kepekaan terhadap wong cilik.
Pilihan paling rasional ya Ganjar Pranowo. Sejarah telah mengikat hati keduanya, sejarah keduanya pula yang kelak akan mencatatkan Indonesia memasuki periode emasnya.
Karena Ganjar yang akan meneruskan dan merampungkan cita-cita Jokowi. Sampai nanti tiba pada penerus selanjutnya, hingga di tahun 2045. Mungkin saja penerus itu Gibran orangnya. Saat Indonesia menjadi salah satu dari empat raksasa ekonomi yang disegani dunia.
Untuk itu, kita semua harus melihat jauh ke depan. Menyatukan barisan dan ikuti komando Jokowi untuk mendukung penerusnya. Dadamu boleh robek-robek karena kecewa, tapi semangat untuk mendukung orang baik harus tetap merah menyala.
Kajitow Elkayeni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar