Dalam kondisi seperti ini, merawat kesetiaan menjadi semakin sulit, seiring sulitnya menjaga mata. Sebab, mata adalah pintu masuk ke dalam hati. Semakin mata tak terkendali, terbukalah pertahanan hati, sehingga sangat rentan disusupi.
Ketika pertahanan hati goncang, maka setelah taufik dari Allah, yang bisa diharapkan sebagai pertahanan terakhirnya adalah akal sehat. Akal dikatakan sehat ketika ia bersandar dan bekerja berdasarkan petunjuk syariat. Bukan bersandar pada asumsi, apalagi syahwat.
Ketika hati terpanah kesan dan mulai meneteskan kerinduan, maka akal mesti segera merengkuh dan memalingkannya pada apa yang Rasul nasihatkan: "Jika salah seorang dari kalian melihat seorang perempuan, lalu terkesima, hendaknya dia datangi istrinya. Sebab, apa yang ada pada perempuan itu ada pula pada diri istrinya." (HR. AT-tirmidzi no. 1158)
Setia tidak selalu bermakna kosongnya hati dari ketertarikan pada selain pasangan halalnya. Akan tetapi, setia adalah sadarnya hati kemana mesti kembali ketika panah syahwat sedang menyerbunya.
.
.
.
IG: @abun_nada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar